Aku berada diantara
Antara ini dan itu
Antara apa dan siapa
Ku buat kemungkinan
Mungkin seperti jeda antara lagu dan musik
Seperti spasi antara suka dan luka
Ataukah selaput jarak antara kehidupan dan kematian
Tak ada setengah ini atau setengah itu
Tak ada setengah apa atau setengah siapa
Untuk buatku memilih
Keutuhan rasa yang bukan entah
Ini Natal, ini suka
Ini natal ini kehidupan
Yang dibentuk dari berbagai nada harmoni
Yang membuat nyanyian sebaris lagu meski tanpa musik
Hanya pergi dan itulah pilihan
Untuk merasa damai
Untuk merasa bagian hidup yang indah
Lalu kembali
Dan semua seperti bukan natal
Sabtu, 26 Desember 2009
Sabtu, 21 November 2009
TENTANG SEORANG PEREMPUAN
Ia jadi uap lagi
Tak la9i meNgenal benTuk
tak la9i punYa waRna dan rasa
di kubangan entah.
Ia bukan lagi embun
yang slalu dirindukan sedap malam
ia kini uap yg tak bisa ditangkap akal apalagi hati
ada tapi tak ada
semua telah menjadi cermin
semua rela menjadi kaca
hanya untuk buatnya lekat dan tak per9i la9i
lalu sama2 kita gambarkan sebuah bahtera
tapi itu hanya harapan tabularasa
kami bukan yg menyerah
telah mencoBa berjalan walau jalannya beda
mencoBa mengerti bahwa manusia juga manusia
tapi kami adalah cermin dan kaca
bisa retak karena waktu
itu realitas bukan takdir
aku cermin yg tak pandai memantulkan kisah seDih, tp telah bernyanyi tentang kesenduan
Aku hanYa in9in pa9i
dan satu per satu dipersatukan
meski tak lagi menjadi utuh, setidaknya merasa ada.
Cepatlah pa9i....
Mungkin disana ada sebuah perjuangan
ada derap kaki yg kembali
ada denting peDang pada kesadaran
ada ketulusan sang pemberi maaf
Uap menjadi embun
sebelum siang
sebelum terlambat
Tak la9i meNgenal benTuk
tak la9i punYa waRna dan rasa
di kubangan entah.
Ia bukan lagi embun
yang slalu dirindukan sedap malam
ia kini uap yg tak bisa ditangkap akal apalagi hati
ada tapi tak ada
semua telah menjadi cermin
semua rela menjadi kaca
hanya untuk buatnya lekat dan tak per9i la9i
lalu sama2 kita gambarkan sebuah bahtera
tapi itu hanya harapan tabularasa
kami bukan yg menyerah
telah mencoBa berjalan walau jalannya beda
mencoBa mengerti bahwa manusia juga manusia
tapi kami adalah cermin dan kaca
bisa retak karena waktu
itu realitas bukan takdir
aku cermin yg tak pandai memantulkan kisah seDih, tp telah bernyanyi tentang kesenduan
Aku hanYa in9in pa9i
dan satu per satu dipersatukan
meski tak lagi menjadi utuh, setidaknya merasa ada.
Cepatlah pa9i....
Mungkin disana ada sebuah perjuangan
ada derap kaki yg kembali
ada denting peDang pada kesadaran
ada ketulusan sang pemberi maaf
Uap menjadi embun
sebelum siang
sebelum terlambat
Jumat, 13 November 2009
BAPA DI SURGA DAN BAPA DI BUMI
Hidupnya adalah irama. Cukup ketukkan jari dan nada menyebar seperti racun dalam darah. Tegas dan bukan aliran yang keras. Lembut menggerakkan atmosfer, mengalun dan mengada nyata. Hidup bukan daging yang bertumbuh sejak benih sperma bertemu dengan ovum pada rahim wanita. Baginya hidup adalah ketika tidak membiarkan bulan tetap bundar atau malam tetap gelap. Dan aku pun bernyanyi.
Sementara hidup bergulir menemukan bentuknya saat tembang-tembang di lagukan, ada Bapa di surga dalam bapa di bumi pada setiap keterseokkan diri, kewarasan, kegilaan, kebosanan, kecuekkan, kebebasan, dan distorsi nada lainnya bahkan tenang dalam keterdiaman sekalipun.
Hidup lalu diandaikan sebuah jalan. Mengalami, masuk ke setiap lorongnya. Itulah perjalanan untuk terus melangkah selagi jiwa masih menghangat, berlari bila itu perlu. Besok akan dijalani besok. Dan ketika hidup bukan lagi sebuah jalan, itulah kenapa bapa hadir di bumi memberi sayap untuk bisa terbang ke pengandaian hidup yang lain. Katanya agar hidup bisa menghidupkan untuk diri, orang lain, bumi.
Dan saat ini aku melihat keatas Kepada Yth. Bapa di surga, dalam doa yang sama “Bapa di Surga, berkati bapa di bumi melebihiku, bila mungkin Engkau meninggalkanku jangan pernah tinggalkannya dan bila hidup bisa dibagi agar bisa bersama, ambillah punyaku untuknya. Semoga Bapa di surga tidak bosan. Jadilah kehendakMU dan Terimakasih untuk hidup di kehidupannya hari ini.”
aPpY BdaY bapa………
Dan aku pantas tersenyum untuk kehidupan
Bemo, kamar mandi, ruang depan, 121109
21:08 pm
Sementara hidup bergulir menemukan bentuknya saat tembang-tembang di lagukan, ada Bapa di surga dalam bapa di bumi pada setiap keterseokkan diri, kewarasan, kegilaan, kebosanan, kecuekkan, kebebasan, dan distorsi nada lainnya bahkan tenang dalam keterdiaman sekalipun.
Hidup lalu diandaikan sebuah jalan. Mengalami, masuk ke setiap lorongnya. Itulah perjalanan untuk terus melangkah selagi jiwa masih menghangat, berlari bila itu perlu. Besok akan dijalani besok. Dan ketika hidup bukan lagi sebuah jalan, itulah kenapa bapa hadir di bumi memberi sayap untuk bisa terbang ke pengandaian hidup yang lain. Katanya agar hidup bisa menghidupkan untuk diri, orang lain, bumi.
Dan saat ini aku melihat keatas Kepada Yth. Bapa di surga, dalam doa yang sama “Bapa di Surga, berkati bapa di bumi melebihiku, bila mungkin Engkau meninggalkanku jangan pernah tinggalkannya dan bila hidup bisa dibagi agar bisa bersama, ambillah punyaku untuknya. Semoga Bapa di surga tidak bosan. Jadilah kehendakMU dan Terimakasih untuk hidup di kehidupannya hari ini.”
aPpY BdaY bapa………
Dan aku pantas tersenyum untuk kehidupan
Bemo, kamar mandi, ruang depan, 121109
21:08 pm
Selasa, 10 November 2009
UNTUK MAMA dan TUHAN (PADA SEGALA WAKTU dan TEMPAT)
Kata-kataku tak seharusnya disini mama
Bicara pada semua mata yang tak mengenalmu
Kali ini kataku bukan lagi emosi yang abstrak, tersembunyi, tak dimengerti
Karena ini tentangmu agar semua tahu tentangmu.
Saat ini malaikat bernyanyi mama
Tentang hidup, tentang cinta, tentangmu
Tentang waktu ketika kau membuka pintu unik ke dalam dunia
Tentang jalan hidup yang membawamu datang
Dan menemukan kami pada kemudiannya karena Tuhan.
Saat itu kau menangis pada dunia pertamamu
Kali ini aku menangis untuk keindahan bersamamu
Tak perlu album biru seperti nyanyian dunia
Banting saja hati kacaku
Dan kau akan temukan gambarmu pada setiap pecahannya.
Selimut masih rapih karena kutunggu waktu ini
Menjadi yang pertama berbisik pada Tuhan
Dengan doa yang sama untuk Tuhan:
“Bapa….. Berkatilah mama melebihiku. Sayangi mama melebihiku.
Bila mungkin Engkau akan meninggalkanku, jangan pernah tinggalkan mama.
Bila beban hidup menekannya berat, ambillah pundakku untuk mama. Bila hidup harus dibagi separuh atau semua, ambillah punyaku untuk mama…”
Bukan karena hari ini ulang tahunmu mama
Aku tahu doa kita sama pada setiap malam dan tak akan pernah berubah
Namaku pada doamu, namamu pada doaku
Semoga Tuhan tidak bosan.
Bicara pada semua mata yang tak mengenalmu
Kali ini kataku bukan lagi emosi yang abstrak, tersembunyi, tak dimengerti
Karena ini tentangmu agar semua tahu tentangmu.
Saat ini malaikat bernyanyi mama
Tentang hidup, tentang cinta, tentangmu
Tentang waktu ketika kau membuka pintu unik ke dalam dunia
Tentang jalan hidup yang membawamu datang
Dan menemukan kami pada kemudiannya karena Tuhan.
Saat itu kau menangis pada dunia pertamamu
Kali ini aku menangis untuk keindahan bersamamu
Tak perlu album biru seperti nyanyian dunia
Banting saja hati kacaku
Dan kau akan temukan gambarmu pada setiap pecahannya.
Selimut masih rapih karena kutunggu waktu ini
Menjadi yang pertama berbisik pada Tuhan
Dengan doa yang sama untuk Tuhan:
“Bapa….. Berkatilah mama melebihiku. Sayangi mama melebihiku.
Bila mungkin Engkau akan meninggalkanku, jangan pernah tinggalkan mama.
Bila beban hidup menekannya berat, ambillah pundakku untuk mama. Bila hidup harus dibagi separuh atau semua, ambillah punyaku untuk mama…”
Bukan karena hari ini ulang tahunmu mama
Aku tahu doa kita sama pada setiap malam dan tak akan pernah berubah
Namaku pada doamu, namamu pada doaku
Semoga Tuhan tidak bosan.
Selasa, 27 Oktober 2009
PAGI n PAGIH ( Mari Baca di Pagi... )
Pa9i di pagih seperti satu tambah satu sama dengan dua.
Rasa kita itu rasa pa9i. sejuk, indah, tenang yang umum.
Rasaku itu rasa pa9ih. Ludah seperti madu yang meleleh... Manis, pekat, baru, sluurrrphh...
Mentarimu malu-malu "ciluUup baaa". Bercanda dibalik awan, pangku kaki dipucuk pohon. Santai....
Punyaku penuh, utuh, tak perlu keluar mencari semangat untuk disepuh.
Ada dan santai....
Burung berkicau, pa9i bilang merdu.
Tapi pa9ih mengata dalam...
Sapu smua tentang malam dan Biarkan batu, rumput pada tempatnya...
Tapi aku tak mau. Kuning.. Kuning... Cokelat yang nanti membusuk adalah kehidupan.
Kita bukan beda. Aku hanya terlalu punya syukur untuk kunyanyikan pada pagi lalu menjadi pa9ih.
Kalau kau mau, mari kubagi.
Aku hanya punya satu pagi dan menjadi lebih saatku bilang "Selamat pagi, Bapa, selamat pagih Bapa!"
kalau kau mau, kenapa tak bilang.
Rasa kita itu rasa pa9i. sejuk, indah, tenang yang umum.
Rasaku itu rasa pa9ih. Ludah seperti madu yang meleleh... Manis, pekat, baru, sluurrrphh...
Mentarimu malu-malu "ciluUup baaa". Bercanda dibalik awan, pangku kaki dipucuk pohon. Santai....
Punyaku penuh, utuh, tak perlu keluar mencari semangat untuk disepuh.
Ada dan santai....
Burung berkicau, pa9i bilang merdu.
Tapi pa9ih mengata dalam...
Sapu smua tentang malam dan Biarkan batu, rumput pada tempatnya...
Tapi aku tak mau. Kuning.. Kuning... Cokelat yang nanti membusuk adalah kehidupan.
Kita bukan beda. Aku hanya terlalu punya syukur untuk kunyanyikan pada pagi lalu menjadi pa9ih.
Kalau kau mau, mari kubagi.
Aku hanya punya satu pagi dan menjadi lebih saatku bilang "Selamat pagi, Bapa, selamat pagih Bapa!"
kalau kau mau, kenapa tak bilang.
Selasa, 20 Oktober 2009
NOMEN NESCIO (Bukan sebuah nama)
Malam masih hitam, malaikat masih berjaga dalam pikir
Ada lidah menyambar kesadaran di tembok
Bila bertanya tentang nama, pakai apa atau siapa?
Mari bicara sebagai aku yang bukan skolastik retoris,
yang tak pandai bertanya dan menjawab
dengan puitis.
Kontemplasi jadi hilang sepinya
apa jadi siapa, siapa jadi apa
hanya nama tetap nama, nama punya nama.
Lalu kenapa???
Biar berbeda, Biar dikenal, biar disapa
Atau dikenang ketika mati
Debu yang punya nama sebagai Doa yang sudah amin.
Aku itu apa atau siapa tak ingin kunamakan
Biar gelap mengulang tanya sampai bosan
Penasaran dimatikan oleh rahasia
Namun bila kamu tak putus asa
pergilah pada Yang Maha Tahu
Lalu datang dan teriakkan apa atau siapa itu nama
Yang bagiku tak ada artinya.
Aku masih nomen nescio
Belum ingin dikenal atau dikenang
Ada lidah menyambar kesadaran di tembok
Bila bertanya tentang nama, pakai apa atau siapa?
Mari bicara sebagai aku yang bukan skolastik retoris,
yang tak pandai bertanya dan menjawab
dengan puitis.
Kontemplasi jadi hilang sepinya
apa jadi siapa, siapa jadi apa
hanya nama tetap nama, nama punya nama.
Lalu kenapa???
Biar berbeda, Biar dikenal, biar disapa
Atau dikenang ketika mati
Debu yang punya nama sebagai Doa yang sudah amin.
Aku itu apa atau siapa tak ingin kunamakan
Biar gelap mengulang tanya sampai bosan
Penasaran dimatikan oleh rahasia
Namun bila kamu tak putus asa
pergilah pada Yang Maha Tahu
Lalu datang dan teriakkan apa atau siapa itu nama
Yang bagiku tak ada artinya.
Aku masih nomen nescio
Belum ingin dikenal atau dikenang
Sabtu, 17 Oktober 2009
GETSEMANIKU UNTUK MALAIKAT MALAM
Aku putih yang melebur dalam kelabu. Anyir darah hatiku tak mampu membuatku merah hati.
Lembut buai suaranya atau bisikan suara hati adalah keraguan.
Sekantung napas terlempar keluar, menetes dalam titik2 bundar rapuh tersebar. Meleleh menyerah meninggalkan batuku atau menggenang menjadi cermin diri adalah dilema....
Dibawah cahayamu berpendar hijau, kuning, merah, ungunya gelap. Aku mulai memudar membiaskan putih untuk malam. Tapi masih membagi kepastian pada manusiawiku.
Aku bukan Yesus yang peluhnya menetes menjadi darah karena kebesaranNYA untuk kebebasan manusia....
Aku hanya perempuan yang berada pada Getzemani yang sama denganNYA, terus melipat tubuh menjadi dua oleh lutut.,..
Tapi bila kau terbang nanti ketika fajar...
Katakan pada Bapa "Bapa, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dariku. Tapi bukan seperti yang kukehendaki melainkan seperti yang Bapa kehendaki...". Dan katakan pada Yesus terimakasihku karena tempatNYA yang kupijak saat ini memberiku kekuatan untuk bertahan dan bilang padaNYA aku mengasihiNYA....
Lembut buai suaranya atau bisikan suara hati adalah keraguan.
Sekantung napas terlempar keluar, menetes dalam titik2 bundar rapuh tersebar. Meleleh menyerah meninggalkan batuku atau menggenang menjadi cermin diri adalah dilema....
Dibawah cahayamu berpendar hijau, kuning, merah, ungunya gelap. Aku mulai memudar membiaskan putih untuk malam. Tapi masih membagi kepastian pada manusiawiku.
Aku bukan Yesus yang peluhnya menetes menjadi darah karena kebesaranNYA untuk kebebasan manusia....
Aku hanya perempuan yang berada pada Getzemani yang sama denganNYA, terus melipat tubuh menjadi dua oleh lutut.,..
Tapi bila kau terbang nanti ketika fajar...
Katakan pada Bapa "Bapa, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dariku. Tapi bukan seperti yang kukehendaki melainkan seperti yang Bapa kehendaki...". Dan katakan pada Yesus terimakasihku karena tempatNYA yang kupijak saat ini memberiku kekuatan untuk bertahan dan bilang padaNYA aku mengasihiNYA....
Rabu, 07 Oktober 2009
Cii ci ci cinnnnn tttt tahh???
Aku bukan manusia suci, Cuma lahir dan nanti mati.
Bukan Darah, tulang, kotoran.
Aku bukan kisah yang hanya mendengung dimalam buta,
Bukan Insomnia, Paranoia, skizofrenia.
Aku bukan pencipta kata indah dari tarian pena tanpa nyawa,
Bukan Kitab, surat, mantra.
Aku hanya kata polos tanpa makna yang tersembunyi
Yang keluar dari mulut yang baru membuka.
Mengeja tentang cinta, rasa, eulogia.
Saat ini jika ada yang bertanya tentang cinta
Amorf, amnesia, kontemplasi.
Karena bagaimana mungkin mengukur sesuatu yang tak lagi
terasa,
Bagaimana menaksir yang tak kasat mata,
Bagaimana menilai yang sudah tanpa makna.
Aku tak percaya cinta yang lahir tiba-tiba
Tanpa tahu apa, mengapa,
sekalipun mengata dalam kalimat yang menyala menggetarkan
rasa.
Sebaiknya membiarkannya menjadi ranum dalam hati sejenak
Agar bisa kutatap kagum dan kubaui sepat manis gurihnya.
Tapi Aku masih disini bukan untuk menunggu,
Aku Cuma menghitung waktu.
Waktu adalah sahabatku
Jika ia terbang, aku juga.
Jika aku berhenti, ia juga.
Bila saat ini cinta masih terus memaksa ada sebelum tanda
tanya
Baiklah, mari duduk disisiku bersama waktu
Atau jika malu, biar aku yang menghampiri
Dan kuajarkan bagaimana menelan masa lalu.
Itulah awal cinta pada hati yang beku
sebelum terkubur dalam jasad kaku.Senin, 05 Oktober 2009
KTA
Untuk qta yg slalu bertemu pada kutukan malam, berbisik, alis mengerut pada sungai dalam mata, qta satukan jari hingga buku memutih, untuk qta yg ada pada kantuk yg tak juga tunduk pada jarum jam yg merunduk... Kali ini Aq menulis bukan lagi untuk kesenangan sendiri, tapi untuk Qta.
Aku pd Qta tak perlu malu melelehkan dosa,,, mencAir & biarkan anjing2 menjilatinya, lalu qta bicara tentang pagi, siang, dan malam dengan protagonis dan antagonis.
Qta membuka kesenangan dari kardusnya, qta gerai lalu qta saling mengagumi dan memuja.
Aku memberikan beberapa puzzle nama, lalu Qta satukan hati, satukan tangan untuk menyatukannya menjadi gambar yg indah.
Kemudian kuberikan namaku dan ku tahu Kau telah tahu saatku masih menutup mata dengan buluh mata yg basah... Kau tahu arti getaran bahuku, Kau tahu arti gigi yg beradu untuk sebuah kata... Kau tahu karena telah kulubangi pori hatiku untukMu.
Aku hanya punya keringat dan Kau punya hujan.
Kau punya napas dan aku hanya punya seurat nadi yg karat.
Apalagi hanya sehelai sapu tangan, satu rangkulan penguatan, satu kata damai, Kau punya itu. Kau punya melebihi yg kupunya.....
Kau buatku tertawa saat untuk tersenyum pun susah, Kau buatku mendongak saatku terkulai kelu dan hampir mati terjerembab.
Kau memampukanku mengasihi kala dunia meludah benci. Kau slalu ada sebelum terlambat membayangi.
Aku manusia dan Kau Tuhan dan akan selamanya begitu....
Aku mengasihiMu dan Kau mengasihiku dan akan begitu selalu...
Aku milikMu dan jadilah seperti yg Kau mau dan Qta akan selalu memiliki untuk kehidupan disini dan diSana.
Tq n MorNing 4 U JC!!!
Aku pd Qta tak perlu malu melelehkan dosa,,, mencAir & biarkan anjing2 menjilatinya, lalu qta bicara tentang pagi, siang, dan malam dengan protagonis dan antagonis.
Qta membuka kesenangan dari kardusnya, qta gerai lalu qta saling mengagumi dan memuja.
Aku memberikan beberapa puzzle nama, lalu Qta satukan hati, satukan tangan untuk menyatukannya menjadi gambar yg indah.
Kemudian kuberikan namaku dan ku tahu Kau telah tahu saatku masih menutup mata dengan buluh mata yg basah... Kau tahu arti getaran bahuku, Kau tahu arti gigi yg beradu untuk sebuah kata... Kau tahu karena telah kulubangi pori hatiku untukMu.
Aku hanya punya keringat dan Kau punya hujan.
Kau punya napas dan aku hanya punya seurat nadi yg karat.
Apalagi hanya sehelai sapu tangan, satu rangkulan penguatan, satu kata damai, Kau punya itu. Kau punya melebihi yg kupunya.....
Kau buatku tertawa saat untuk tersenyum pun susah, Kau buatku mendongak saatku terkulai kelu dan hampir mati terjerembab.
Kau memampukanku mengasihi kala dunia meludah benci. Kau slalu ada sebelum terlambat membayangi.
Aku manusia dan Kau Tuhan dan akan selamanya begitu....
Aku mengasihiMu dan Kau mengasihiku dan akan begitu selalu...
Aku milikMu dan jadilah seperti yg Kau mau dan Qta akan selalu memiliki untuk kehidupan disini dan diSana.
Tq n MorNing 4 U JC!!!
Kamis, 24 September 2009
APA KABAR
Dia datang lagi siang tadi dan bertanya “Apa kabar?”
Waktuku berontak berteriak “kau buang lamaku jadi sia-sia”
Hatiku kaku membisik “kau telah buatku mengeras untuk yang lain”
Rasaku berkata hampa “kau buatku mati tanpa getar yang baru”
Kaki bergerak memelas “aku kesemutan disini”
Tapi harapku senyum berseri “apa kabar juga?”
“Bisakah kamu realistis” otak melotot pada harap
“aku bisa berhembus tanpanya” napas membela otak
“aku tak bisa berbohong, tapi aku bisa menutup” mata rela melakukan itu.
Kemarin tahun, harap diam tanpa sadar.
Kemarin hari, harap diam bersama sadar.
“aku mungkin akan mencintainya 80 tahun lagi, tapi membiarkan waktu terbuang, membuat hati mengeras dan susah untuk merasa pada yang lain, kaki berdiri terlalu lama untuk menunggu lagi, dan hidup tak bisa dilanjutkan.... adalah suatu kebodohan” harap berkata bersama sadar.
Pikir bilang “aku akan melupakannya”
Hati mengangguk “aku akan berusaha mati untuknya dan membantumu, pikir”
Aku berkata “APA KABAR!!” bukan bertanya “APA KABAR??”
Waktuku berontak berteriak “kau buang lamaku jadi sia-sia”
Hatiku kaku membisik “kau telah buatku mengeras untuk yang lain”
Rasaku berkata hampa “kau buatku mati tanpa getar yang baru”
Kaki bergerak memelas “aku kesemutan disini”
Tapi harapku senyum berseri “apa kabar juga?”
“Bisakah kamu realistis” otak melotot pada harap
“aku bisa berhembus tanpanya” napas membela otak
“aku tak bisa berbohong, tapi aku bisa menutup” mata rela melakukan itu.
Kemarin tahun, harap diam tanpa sadar.
Kemarin hari, harap diam bersama sadar.
“aku mungkin akan mencintainya 80 tahun lagi, tapi membiarkan waktu terbuang, membuat hati mengeras dan susah untuk merasa pada yang lain, kaki berdiri terlalu lama untuk menunggu lagi, dan hidup tak bisa dilanjutkan.... adalah suatu kebodohan” harap berkata bersama sadar.
Pikir bilang “aku akan melupakannya”
Hati mengangguk “aku akan berusaha mati untuknya dan membantumu, pikir”
Aku berkata “APA KABAR!!” bukan bertanya “APA KABAR??”
Selasa, 22 September 2009
TANGKAP EUFORIA!!! (Untuk para siapa yang mendung)
Ada yang beradu dalam dilorong terowongan
Berat, kerat, namun cepat.
Berkelabat putih hentakkan kepala batu
Lembut terkam hati merampas empedu
Namun sejenaknya buat emosi jadi ribut merebut damai
Kamu bingung, aku tidak.
Itu rasaku dari setengah nyawa
Melayang hanya diatas atmosfir hitam, mengintai sisa yang lepas.
Bila nanti kuterjang, akan kuhempas dan kuberi makan sendirimu
Lalu dunia akan bebas memilih kekuatannya.
Jangan bertanya ini untuk apa
Ikuti saja alurku dan bersamaku pergi
Anjing akan melolong membaui ini
Tapi kita dendangkan lagu jangkrik, tentang sayap-sayap yang bisa bernyanyi.
Mari berjalan dekat disampingku
Bila kuminta kelingking, beri hatimu
Bila nanti hadir saat itu mari kita tautkan jadi satu
Lalu dunia pun akan tersenyum
Ini bukan tentang aku siapa, kamu siapa
Kita bukan tentang raga atau darah.
Ini bukan untuk melayangkanmu apalagi merayu
Aku tak punya kata untuk itu.
Dan biar malam terkejut tentang kita yang ribut
saat ku ingin mengata untuk buatmu kuat
pada setiap mata sembab atau semangat yang layu
aku hanya ingin……
kau selalu tersenyum meski itu berat.
Berat, kerat, namun cepat.
Berkelabat putih hentakkan kepala batu
Lembut terkam hati merampas empedu
Namun sejenaknya buat emosi jadi ribut merebut damai
Kamu bingung, aku tidak.
Itu rasaku dari setengah nyawa
Melayang hanya diatas atmosfir hitam, mengintai sisa yang lepas.
Bila nanti kuterjang, akan kuhempas dan kuberi makan sendirimu
Lalu dunia akan bebas memilih kekuatannya.
Jangan bertanya ini untuk apa
Ikuti saja alurku dan bersamaku pergi
Anjing akan melolong membaui ini
Tapi kita dendangkan lagu jangkrik, tentang sayap-sayap yang bisa bernyanyi.
Mari berjalan dekat disampingku
Bila kuminta kelingking, beri hatimu
Bila nanti hadir saat itu mari kita tautkan jadi satu
Lalu dunia pun akan tersenyum
Ini bukan tentang aku siapa, kamu siapa
Kita bukan tentang raga atau darah.
Ini bukan untuk melayangkanmu apalagi merayu
Aku tak punya kata untuk itu.
Dan biar malam terkejut tentang kita yang ribut
saat ku ingin mengata untuk buatmu kuat
pada setiap mata sembab atau semangat yang layu
aku hanya ingin……
kau selalu tersenyum meski itu berat.
Senin, 07 September 2009
LAUT BISA KEJAM
Dia pikir dia adalah mercusuar
Ketika kucari cahaya malam dipantai.
Mengganggap dirinya gemuruh ombak
Saatku kuberharap tak boleh ada yang mendengar teriakku.
Berharap dirinya adalah bintang laut
yang menghiasi pasir yang kujejaki.
Dan dengan keasinannya bisa membuat rasaku menjadi sedap untuk dikecap.
Atau dengan kedalamannya buatku semakin tenggelam dalam rengkuhnya.
Aku pikir dia adalah makhluk angkuh dipuncak cahaya itu.
Aku anggap dia adalah ombak yang hanya bisa berteriak dengan nada yang membosankan.
Aku harap dia adalah duri yang melukai jejaknya sendiri.
Dengan rasanya buatku memuntahkan semua baunya.
Dan tenggelam hanya untuk pelukan maut.
Lalu aku apa???
Aku adalah laut yang menceritakan tentang kekejaman
Bila kamu tak mencoba menghentikkan pikirku tentang dia.
Ketika kucari cahaya malam dipantai.
Mengganggap dirinya gemuruh ombak
Saatku kuberharap tak boleh ada yang mendengar teriakku.
Berharap dirinya adalah bintang laut
yang menghiasi pasir yang kujejaki.
Dan dengan keasinannya bisa membuat rasaku menjadi sedap untuk dikecap.
Atau dengan kedalamannya buatku semakin tenggelam dalam rengkuhnya.
Aku pikir dia adalah makhluk angkuh dipuncak cahaya itu.
Aku anggap dia adalah ombak yang hanya bisa berteriak dengan nada yang membosankan.
Aku harap dia adalah duri yang melukai jejaknya sendiri.
Dengan rasanya buatku memuntahkan semua baunya.
Dan tenggelam hanya untuk pelukan maut.
Lalu aku apa???
Aku adalah laut yang menceritakan tentang kekejaman
Bila kamu tak mencoba menghentikkan pikirku tentang dia.
Rabu, 02 September 2009
KENCING DI POHON, BERAK DI DAUN (JOROK DEMI MASYARAKAT) Kalau menurutmu ini jorok, jangan dibaca! Kalau nekat baca, silahkan. setelah itu terserah!
Ini muntahan pikir bukan kentut atau sendawa.
Yang disadari oleh pantat yang melekat pada kursi berlengan satu
Kita mengangguk dan menggeleng untuk teori yang abstrak
Dari mulut yang masih bau pagi sampai bau badan sore
Kita dipersiapkan bisa berkoar untuk massa tentang sikat gigi dan mandi.
Retoris… filsafat.. dan logika kita sertakan dengan alasan biar fleksibel
Padahal panu hanya cukup bilang karena bakteri
Tikus-tikus masih di sampah kemudian meliuri ikan
Namun kita diajar untuk menutup jalannya, bukan membunuh.
Kita meludah pada keborokan yang membau
Memberi saran yang hijau tanpa tahu karena tanah atau tahi.
Sombong menghitung jumlah dengan rumus dan software yang ada biasnya.
Dan menunjuk aturan dengan telunjuk yang penuh upil lalu menjilatinya sendiri.
Hmmmm, mamamia lezatos.....
Hey guys....
Kamu pikir untuk apa semua kejorokan ini???
Semua hanya untuk mereka yang kita sebut masyarakat.
Yang bilang ya dengan bibir atas didepan kita
Bilang persetan dengan bibir bawah dibelakang kita
Lalu menghilang dengan gigi hitam mereka dan kita merasa tak becus.
Kita buka mata dan pikir dengan liur yang meleleh
tapi masih menutup hidung.
Padahal kita hanya perlu mengendus untuk menemukan mereka.
Mencari pesing dan bau tahi dengan bulu hidung yang tipis.
Jangan dijamban dengan segala macam leher.
Mereka ada di pohon pada batang dan daun.
Disitulah mereka menyembunyikan kunci sadarnya dari kita.
Yang disadari oleh pantat yang melekat pada kursi berlengan satu
Kita mengangguk dan menggeleng untuk teori yang abstrak
Dari mulut yang masih bau pagi sampai bau badan sore
Kita dipersiapkan bisa berkoar untuk massa tentang sikat gigi dan mandi.
Retoris… filsafat.. dan logika kita sertakan dengan alasan biar fleksibel
Padahal panu hanya cukup bilang karena bakteri
Tikus-tikus masih di sampah kemudian meliuri ikan
Namun kita diajar untuk menutup jalannya, bukan membunuh.
Kita meludah pada keborokan yang membau
Memberi saran yang hijau tanpa tahu karena tanah atau tahi.
Sombong menghitung jumlah dengan rumus dan software yang ada biasnya.
Dan menunjuk aturan dengan telunjuk yang penuh upil lalu menjilatinya sendiri.
Hmmmm, mamamia lezatos.....
Hey guys....
Kamu pikir untuk apa semua kejorokan ini???
Semua hanya untuk mereka yang kita sebut masyarakat.
Yang bilang ya dengan bibir atas didepan kita
Bilang persetan dengan bibir bawah dibelakang kita
Lalu menghilang dengan gigi hitam mereka dan kita merasa tak becus.
Kita buka mata dan pikir dengan liur yang meleleh
tapi masih menutup hidung.
Padahal kita hanya perlu mengendus untuk menemukan mereka.
Mencari pesing dan bau tahi dengan bulu hidung yang tipis.
Jangan dijamban dengan segala macam leher.
Mereka ada di pohon pada batang dan daun.
Disitulah mereka menyembunyikan kunci sadarnya dari kita.
Rabu, 26 Agustus 2009
TUJUH (Sebuah Angka dalam Kata)
TUJUH bagi satu sama dengan seribu sembilan puluh enam.
Dikurangi satu sama dengan nol.
Tujuh ditambah satu sama dengan tak terdefinisi.
Dan tak bisa lagi digandakan.
Ini tujuh adalah bilangan irasional.
Berakar tanpa nilai kecuali dikuadratkan.
Tapi bagaimana bisa jika tak punya dua yang kecil.
Tujuh masih tetap tujuh.
Namun jika hari ini aku bisa,
akan dibagi satu lalu dikurangi satu.
Dikurangi satu sama dengan nol.
Tujuh ditambah satu sama dengan tak terdefinisi.
Dan tak bisa lagi digandakan.
Ini tujuh adalah bilangan irasional.
Berakar tanpa nilai kecuali dikuadratkan.
Tapi bagaimana bisa jika tak punya dua yang kecil.
Tujuh masih tetap tujuh.
Namun jika hari ini aku bisa,
akan dibagi satu lalu dikurangi satu.
Rabu, 22 Juli 2009
PEREMPUAN BERSAYAP SATU (Ini Tentang Unggas atau Cinta Terserah Padamu!!!)
Pikirmu patah, pikirnya hilang
Dan hati mulai menuduh pada duga
Kamu bilang karena pedang…
Padahal itu ranting bukan tulang.
Dia bilang angin…
Nyatanya itu daun bukan buluh.
Tak pernah terhempas atau hanya terseok
Kepakan tak pernah lelah untuk berhenti
Langit pun tak pernah tinggi untuk dicapai
Walau hanya ada, bukan pernah ada
Hanya punya, bukan pernah punya
Hanya satu, tak pernah dua.
Tak harus mengikuti lazim tapi rasa dan idealisme itu sudah disini
Menghembuskan resah, menghitung satu sama dengan sendiri
Disini bukan pasar yang menjual dan membeli sebelah sayap,
Disini bukan kandang untuk membuahkan yang baru,
Disini ruang tunggu…..
Terus menunggu atau terbang.
Dan hati mulai menuduh pada duga
Kamu bilang karena pedang…
Padahal itu ranting bukan tulang.
Dia bilang angin…
Nyatanya itu daun bukan buluh.
Tak pernah terhempas atau hanya terseok
Kepakan tak pernah lelah untuk berhenti
Langit pun tak pernah tinggi untuk dicapai
Walau hanya ada, bukan pernah ada
Hanya punya, bukan pernah punya
Hanya satu, tak pernah dua.
Tak harus mengikuti lazim tapi rasa dan idealisme itu sudah disini
Menghembuskan resah, menghitung satu sama dengan sendiri
Disini bukan pasar yang menjual dan membeli sebelah sayap,
Disini bukan kandang untuk membuahkan yang baru,
Disini ruang tunggu…..
Terus menunggu atau terbang.
Langganan:
Postingan (Atom)