Jumat, 13 November 2009

BAPA DI SURGA DAN BAPA DI BUMI

Hidupnya adalah irama. Cukup ketukkan jari dan nada menyebar seperti racun dalam darah. Tegas dan bukan aliran yang keras. Lembut menggerakkan atmosfer, mengalun dan mengada nyata. Hidup bukan daging yang bertumbuh sejak benih sperma bertemu dengan ovum pada rahim wanita. Baginya hidup adalah ketika tidak membiarkan bulan tetap bundar atau malam tetap gelap. Dan aku pun bernyanyi.

Sementara hidup bergulir menemukan bentuknya saat tembang-tembang di lagukan, ada Bapa di surga dalam bapa di bumi pada setiap keterseokkan diri, kewarasan, kegilaan, kebosanan, kecuekkan, kebebasan, dan distorsi nada lainnya bahkan tenang dalam keterdiaman sekalipun.

Hidup lalu diandaikan sebuah jalan. Mengalami, masuk ke setiap lorongnya. Itulah perjalanan untuk terus melangkah selagi jiwa masih menghangat, berlari bila itu perlu. Besok akan dijalani besok. Dan ketika hidup bukan lagi sebuah jalan, itulah kenapa bapa hadir di bumi memberi sayap untuk bisa terbang ke pengandaian hidup yang lain. Katanya agar hidup bisa menghidupkan untuk diri, orang lain, bumi.

Dan saat ini aku melihat keatas Kepada Yth. Bapa di surga, dalam doa yang sama “Bapa di Surga, berkati bapa di bumi melebihiku, bila mungkin Engkau meninggalkanku jangan pernah tinggalkannya dan bila hidup bisa dibagi agar bisa bersama, ambillah punyaku untuknya. Semoga Bapa di surga tidak bosan. Jadilah kehendakMU dan Terimakasih untuk hidup di kehidupannya hari ini.”
aPpY BdaY bapa………
Dan aku pantas tersenyum untuk kehidupan





Bemo, kamar mandi, ruang depan, 121109
21:08 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar