Kamis, 24 September 2009

APA KABAR

Dia datang lagi siang tadi dan bertanya “Apa kabar?”
Waktuku berontak berteriak “kau buang lamaku jadi sia-sia”
Hatiku kaku membisik “kau telah buatku mengeras untuk yang lain”
Rasaku berkata hampa “kau buatku mati tanpa getar yang baru”
Kaki bergerak memelas “aku kesemutan disini”
Tapi harapku senyum berseri “apa kabar juga?”

“Bisakah kamu realistis” otak melotot pada harap
“aku bisa berhembus tanpanya” napas membela otak
“aku tak bisa berbohong, tapi aku bisa menutup” mata rela melakukan itu.

Kemarin tahun, harap diam tanpa sadar.
Kemarin hari, harap diam bersama sadar.
“aku mungkin akan mencintainya 80 tahun lagi, tapi membiarkan waktu terbuang, membuat hati mengeras dan susah untuk merasa pada yang lain, kaki berdiri terlalu lama untuk menunggu lagi, dan hidup tak bisa dilanjutkan.... adalah suatu kebodohan” harap berkata bersama sadar.

Pikir bilang “aku akan melupakannya”
Hati mengangguk “aku akan berusaha mati untuknya dan membantumu, pikir”
Aku berkata “APA KABAR!!” bukan bertanya “APA KABAR??”

Selasa, 22 September 2009

TANGKAP EUFORIA!!! (Untuk para siapa yang mendung)

Ada yang beradu dalam dilorong terowongan
Berat, kerat, namun cepat.
Berkelabat putih hentakkan kepala batu
Lembut terkam hati merampas empedu
Namun sejenaknya buat emosi jadi ribut merebut damai

Kamu bingung, aku tidak.
Itu rasaku dari setengah nyawa
Melayang hanya diatas atmosfir hitam, mengintai sisa yang lepas.
Bila nanti kuterjang, akan kuhempas dan kuberi makan sendirimu
Lalu dunia akan bebas memilih kekuatannya.

Jangan bertanya ini untuk apa
Ikuti saja alurku dan bersamaku pergi
Anjing akan melolong membaui ini
Tapi kita dendangkan lagu jangkrik, tentang sayap-sayap yang bisa bernyanyi.

Mari berjalan dekat disampingku
Bila kuminta kelingking, beri hatimu
Bila nanti hadir saat itu mari kita tautkan jadi satu
Lalu dunia pun akan tersenyum


Ini bukan tentang aku siapa, kamu siapa
Kita bukan tentang raga atau darah.
Ini bukan untuk melayangkanmu apalagi merayu
Aku tak punya kata untuk itu.


Dan biar malam terkejut tentang kita yang ribut
saat ku ingin mengata untuk buatmu kuat
pada setiap mata sembab atau semangat yang layu
aku hanya ingin……
kau selalu tersenyum meski itu berat.

Senin, 07 September 2009

LAUT BISA KEJAM

Dia pikir dia adalah mercusuar
Ketika kucari cahaya malam dipantai.
Mengganggap dirinya gemuruh ombak
Saatku kuberharap tak boleh ada yang mendengar teriakku.
Berharap dirinya adalah bintang laut
yang menghiasi pasir yang kujejaki.
Dan dengan keasinannya bisa membuat rasaku menjadi sedap untuk dikecap.
Atau dengan kedalamannya buatku semakin tenggelam dalam rengkuhnya.

Aku pikir dia adalah makhluk angkuh dipuncak cahaya itu.
Aku anggap dia adalah ombak yang hanya bisa berteriak dengan nada yang membosankan.
Aku harap dia adalah duri yang melukai jejaknya sendiri.
Dengan rasanya buatku memuntahkan semua baunya.
Dan tenggelam hanya untuk pelukan maut.

Lalu aku apa???
Aku adalah laut yang menceritakan tentang kekejaman
Bila kamu tak mencoba menghentikkan pikirku tentang dia.

Rabu, 02 September 2009

KENCING DI POHON, BERAK DI DAUN (JOROK DEMI MASYARAKAT) Kalau menurutmu ini jorok, jangan dibaca! Kalau nekat baca, silahkan. setelah itu terserah!

Ini muntahan pikir bukan kentut atau sendawa.
Yang disadari oleh pantat yang melekat pada kursi berlengan satu
Kita mengangguk dan menggeleng untuk teori yang abstrak
Dari mulut yang masih bau pagi sampai bau badan sore
Kita dipersiapkan bisa berkoar untuk massa tentang sikat gigi dan mandi.

Retoris… filsafat.. dan logika kita sertakan dengan alasan biar fleksibel
Padahal panu hanya cukup bilang karena bakteri
Tikus-tikus masih di sampah kemudian meliuri ikan
Namun kita diajar untuk menutup jalannya, bukan membunuh.

Kita meludah pada keborokan yang membau
Memberi saran yang hijau tanpa tahu karena tanah atau tahi.
Sombong menghitung jumlah dengan rumus dan software yang ada biasnya.
Dan menunjuk aturan dengan telunjuk yang penuh upil lalu menjilatinya sendiri.
Hmmmm, mamamia lezatos.....

Hey guys....
Kamu pikir untuk apa semua kejorokan ini???
Semua hanya untuk mereka yang kita sebut masyarakat.
Yang bilang ya dengan bibir atas didepan kita
Bilang persetan dengan bibir bawah dibelakang kita
Lalu menghilang dengan gigi hitam mereka dan kita merasa tak becus.

Kita buka mata dan pikir dengan liur yang meleleh
tapi masih menutup hidung.
Padahal kita hanya perlu mengendus untuk menemukan mereka.
Mencari pesing dan bau tahi dengan bulu hidung yang tipis.
Jangan dijamban dengan segala macam leher.
Mereka ada di pohon pada batang dan daun.
Disitulah mereka menyembunyikan kunci sadarnya dari kita.