Pikirmu patah, pikirnya hilang
Dan hati mulai menuduh pada duga
Kamu bilang karena pedang…
Padahal itu ranting bukan tulang.
Dia bilang angin…
Nyatanya itu daun bukan buluh.
Tak pernah terhempas atau hanya terseok
Kepakan tak pernah lelah untuk berhenti
Langit pun tak pernah tinggi untuk dicapai
Walau hanya ada, bukan pernah ada
Hanya punya, bukan pernah punya
Hanya satu, tak pernah dua.
Tak harus mengikuti lazim tapi rasa dan idealisme itu sudah disini
Menghembuskan resah, menghitung satu sama dengan sendiri
Disini bukan pasar yang menjual dan membeli sebelah sayap,
Disini bukan kandang untuk membuahkan yang baru,
Disini ruang tunggu…..
Terus menunggu atau terbang.